Orang-orang
banyak yang bilang ke saya; kenapa saya tetap maintenance Jupiter-2004 ini,
kenapa saya tetap memaksakan motor tua ini, kenapa ga beli baru aja dan
sebagainya. So guys, tuning is addicting plus maintenance, plus restorasi...
it’s way more addicting. Motor ini relatif aman dari tindak kriminal, tampang
sudah tua ya kan? Tapi potensi performanya masih ada, ditambah saya lumaya
mengetahui tentang motor, bisa saja mungkin beli motor bebek biasa atau matic
baru tetapi tetap saja “Value for money” nya masih kalah dengan merawat atau
tuning motor ini sekalipun.
So
semuanya berawal dari tuning mesin motor ini setahap demi setahap (https://9-engineering.blogspot.com/2020/05/project-bike-yamaha-jupiter-z-2004-saat.html)
yang... baru kesampaian saat saya kerja bukan pas saya pakai saat sekolah dulu
(modalnya belum cukup haha). Setelah bore up dan saya lakukan perhitungan
secara teoritis, saya membutuhkan CDI dengan kemampuan programmable limiter
mesin dan saya akan men-set limiter di 11.000rpm.
Parameter
pertama adalah piston speed. Piston speed merupakan kecepatan piston bergerak
pada silinder satu putaran poros engkol atau dua kali stroke. Adapun produsen
piston juga telah menyertakan piston speed max yang dapat diterima oleh piston,
tetapi karena produk paket bore up Moto1 yang saya pakai tidak menyertakan
angka tersebut maka saya menggunakan tabel referensi di atas sebagai acuanya. Saya
menentukan besaran piston speed max untuk motor Jupiter-Z saya sebesar 20
m/sec. Kenapa tidak lebih tinggi karena saya memiliki beberapa asumsi, pertama;
akan saya pakai harian yang mana hanya digunakan maksimum pada kecepatan rendah
atau tinggi sesekali waktu saja, maka rentang yang dipakai adalah high sped di
kisaran 20~25 m/sec. Lalu kedua adalah faktor lainya pada mesin saya seperti
per klep masih std yang saya anggap cukup riskan jika saya paksa dengan putaran
mesin hingga 13.000rpm, maka dikarenakan harian saya masih perlu ambang batas
aman untuk durability mesin, maka saya anggap 20m/sec menghasilkan batasan rpm
yang cukup untuk meraih kecepatan atau tenaga sekaligus aman untuk mesin.
Sampai
di sini juga perlu saya sampaikan kenapa mengambil parameter berdasarkan asumsi
dan referensi. Nah begini; idealnya... saya juga harus melakukan perhitungan
yang tepat didasari dengan pengukuran data aktual melalui beberapa alat ukur
yang valid yang sayangnya saya belum mempunyai itu. Seperti contoh flow bench
meter, pressure gauge, beberapa stand dan jig untuk mensimulasi ketahanan
komponen, dll. Nah di tengah keterbatasan ini referensi dari data yang sudah
ada (untuk kasus ini saya ambil dari Wikipedia) juga dapat dilakukan untuk
melakukan pendekatan se-optimal mungkin ke kondisi kita.
Cara
menghitung Piston speed ada di rumus di atas.
Maka
untuk menghitung max rpm yang dapat digunakan menggunakan rumus di atas.