Di
part-1 (https://9-engineering.blogspot.com/2020/08/annual-service-honda-cbr-150-fi-2012-la.html) annual servis Honda CBR
150 Fi 2012 kemarin kita sudah bongkar body-nya, kita lepas throttle body dan
injector serta di-cleaning. Nah di part-2 ini kita akan bahas untuk cara kuras
air radiator dan menggantinya dengan air radiator yang baru. Langsung aja,
check it out guys!
Sekilas tentang radiator, ini adalah system
pendinginan mesin yang menggunakan media utamanya air sebagai pelepas panas
mesin. Air akan dialirkan disekeliling cylinder yang dinamakan dengan Water Jacket. Meskipun bisa memasukkan
air biasa ke dalam system pendinginan namun untuk pemakaian harian tidak
dianjurkan karena air biasa mengandung kerak yang dapat mengakibatkan proses
penyumbatan di dalam system menjadi lebih cepat.
Water
Coolant atau air radiator dianjurkan untuk menjaga
performa pendinginan dan system pendinginan, walaupun di beberapa kelas balap
regulasi malah mengharuskan untuk menggunakan air biasa pada radiatornya untuk
mencegah trek menjadi licin karena tumpahan air coolant jika ada insiden. Ya,
licin karena coolant bahan dasarnya adalah air dan pelumas maka titik didih nya
menjadi lebih tinggi dibanding air biasa dan biasanya air coolant ini lebih
sulit untuk berkerak.
Untuk mengganti air radiator terlebih dahulu kita
menguras air radiator yang lama dengan cara pertama buka lock screw yang ada pada
tutup radiator dan buka tutup radiatornya, ini bertujuan agar tekanan dapat
sama dengan udara luar dan air radiator yang lama bisa keluar dari lubang
drainase nanti. Buka baut drainase radiator lalu tunggu air radiator hingga
habis keluar.
Banyak sekali merk water coolant yang ada di
pasaran, oh iya sebenarnya coolant juga dipakai pada permesinan atau
manufacturing seperti pada proses bubut, milling atau drilling, senyawa-nya
sama dan bisa dipakai juga di system radiator otomotif. Yang perlu diperhatikan
adalah biasanya coolant pada manufactur adalah pre-mix coolant atau coolant
yang masih perlu dicampur lagi dengan air lalu dikontrol ph-nya. Saya kurang
hapal angka ph dari coolant tapi salah-salah bisa mengakibatkan cepat berkerak
atau malah mesin cepat panas. Maka dianjurkan memakai water coolant atau air
radiator untuk otomotif yang sudah banyak beredar di bengkel resmi atau pasaran
dan enaknya biasanya sudah dicampur dari produsenya sehingga tinggal kita tuang
tanpa mencampur lagi dengan air.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoQJb-XD9ytrmUeyoCYlB0Qx-xKVxix3cOGO8XHPjTC-q6YNG92qgHFPtKy2oV3NELFpFyQSOM2G2bUUjpm33JK8R4N4y5KIZOin5Ue_ZExbqMjDWuRyt_71eCRoMSYdWsH8rvMtzVWx4/w400-h266/3.JPG)
Kita tutup kembali drainase radiator dan tuang air
radiator baru ke radiator hingga penuh, lalu nyalakan mesin, kondisikan pada
kondisi idle atau stasionernya dan tunggu hingga kira-kira 5 menit. Awasi
permukaan lubang radiator, jika berkurang tambahkan air radiatornya. Setelah 5
menit matikan mesin dan pasang kembali tutup radiator beserta lock screw-nya.
Selanjutnya monitor ketinggian air radiator pada
reservoir tank, pastikan pada kondisi max lebih sedikit. Ini bertujuan untuk
berjaga-jaga karena pada saat kita pakai biasanya system radiator masih perlu
tambahan air yang nantinya akan diambil dari reservoir tank ini dalam jumlah
yang lumayan banyak, maka untuk menghindari kekurangan volume air pada system
kita tambahkan air radiator sedikit di atas level max pada reservoir tank.
Palka reservoir tank berada di bawah jok depan yang
telah kita copot pada part-1.
Langkah selanjutnya adalah pengecekan aki, di sini
yang saya lakukan adalah cukup mengecek teganganya saja menggunakan multi
tester. Pertama yang harus dilakukan adalah memposisikan selector multi tester
ke barisan DC Volt dengan minimum angka 15V jika tersedia. Kenapa? Hal ini
dilakukan karena rata-rata aki memiliki tegangan kerja 12±2Volt, agar multitester terhindar dari bahaya rusak
maka arahkan selector minimum ke angka 15V atau di atasnya, untuk multitester
saya, saya arahkan ke DCV 50V. Lalu kalibrasi terlebih dahulu multitester
dengan memutar jarum indicator ke angka nol jika belum dengan memutar screw
menggunakan obeng minus yang terletak di bawah indicator. Lalu jika sudah
ter-kalibrasi letakkan kabel merah menyentuh terminal positif pada aki dan
kabel hitam pada terminal negative aki.
Selanjutnya kita baca indicator-nya, dikarenakan
kita mengarahkan selector pada DCV 50V maka yang dilihat adalah pada barisan
50V, artinya multitester akan membaca maksimal 50V. Pada ilustrasi di atas yang
menggunakan multitester saya di jajaran 50V ada angka 10, 20, 30, 40, 50
artinya adalah jika jarum menunjukkan posisi 10 maka akan terbaca 10Volt, 20
berarti 20Volt dan serterusnya. Begitupun halnya ketika kita mengarahkan
selector ke posisi lain seperti 10V atau 250V, kondisi tampilan pada indicator
bisa berbeda-beda tergantung pada merk dari multitester itu sendiri, tapi jika
jenisnya multitester analog seperti milik saya maka nanti tidak akan jauh
berbeda kondisinya dengan ilustrasi di atas. Output aki biasanya toleransinya
12~13Volt, maka jika multitester membaca tegangan kurang dari 12Volt maka aki
beresiko untuk tekor dan harus ada penanganan lebih lanjut seperti discharge
atau diganti sekalian.
Nah yang jadi catatan
adalah ketika kita akan memasang kembali clip pastikan bagian tengahnya
menonjol terlebih dahulu baru ditancapkan ke dalam lubang body, setelah itu
tekan bagian tengah yang menonjol tadi menjadi rata seperti ilustrasi di atas.
Ini penting karena jika kita tidak melakukan langkah ini clip akan sangat susah
untuk dipasang, tidak bisa kita pasang atau malah patah karena dipaksa.
OK, moga moga bisa jadi
tambah wawasan guys. I’m always glad to share my experience semoga juga ke
depan tool-tool dan materi saya bisa improve lagi sehingga makin asyik juga
kita sharingnya. So thank you for coming and see you.
Best Regards
Good sharing...
ReplyDeleteThank you
Delete