Search This Blog

Saturday, October 10, 2020

Project Bike: Yamaha Jupiter-Z 2004, Ganti Knalpot Ke Standar

Knalpot merupakan salah satu elemen esensial pada mesin. Apalagi kalau berhubungan dengan memilih knalpot standar atau racing. Ada yang memilih karena tampilan, ada yang memilih karena suara, ada yang memilih untuk performa, memilih karena brand dan seagainya. Tapi pengalaman saya kali ini cukup unik karena saya memilih knalpot dikarenakan keadaan.
 
Di tahun 2020, di tengah situasi pandemi seperti ini saya melakukan hal yang cukup mengkhawatirkan bagi beberapa orang di sekitar saya; pindah kerja. Ya, saya akan pindah ke tempat kerja yang baru, tetap masihd di bidang otomotif sebagi engineer. Singkat cerita tempat kerja saya yang baru nanti tidak memperbolehkan karyawanya untuk membawa kendaraan bermotor yang knalpotnya racing atau tidak standar (it’s a shame isn’t it?) tapi yah mau bagaimana lagi kan musti follow untuk mencari nafkah untuk keluarga.
 
 
 
Yup ini kondisi sebelumnya, sedikit review; mesin udah pake bore up kit 130cc dari Moto1, head std, Cam Kawahara K1, Karbu PE 24, per kopling BRT daaan knalpot racing legendaris AHRS F3 yang yaaa sudah mulai berkarat saking lamanya.

 
 
Dan harus saya ganti dengan knalpot standar nan berat ini.

  
 
First thing first kita buka dulu empat baut footpeg depan yang ada di bawah mesin.
 
 

Selanjutnya lepas dua baut leher knalpot yang ada di dekat head cylinder.
 
 
 
Lepas lock nut pivot rem belakang, lalu lepas pull rod dengan cara menginjak pedal rem hingga terlepas dari lubang pivot pin-nya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelepasan knalpot dan pemasangan nanti.
 

Terakhir lepas baut pengikat knalpot yang ada di bawah footstep belakang. Lalu tarik knalpot lama keluar.
 
Setelah itu pasang knalpot standar dan lakukan berkebalikan dari langkah-langkah saat melepas tadi. Sedikit tips; semua baut pengikat knalpot sebaiknya dipasang terlebih dahulu tanpa mengencangkan, hal ini akan sangat memudahkan kita nanti untuk fitting dan pengencangan baut-bautnya. 
 
 
Sebenarnya ada lagi 1 baut pengikat di bagian bawah, tapi tidak saya pasang atau mungkin belum saya pasang lebih tepatnya (hehe) karena lubang belum pas ke dudukanya, umm... mungkin next week saya setting lagi. 
 

Last but not least kita setting angin-anginya lagi atau bahasa kerenya jetting. Saya tidak merubah posisi jarum ataupun ukuran spuyer di dalamnya dikarenakan part yang berubah hanya knalpot. Saya langsung men-set kembali air mixture nya ke ideal yang saya inginkan, khas saya adalah memutar scew terbuka full, lalu memutar ke dalam sampai kira-kira 1 putaran setelah per pada screw tersebut mengigit, hal ini ditujukan agar saya mendapatkan campuran bahan bakar-udara sekaya mungkin agar mesin tidak cepat overheat tapi bukaan gas tetap responsif dan tidak brebet.
 
Saat posisi tadi bleyer-bleyer gas dan tunggu jika hasilnya saat gas diputar brebet atau setelah ditutup gas nyangkut, putar masuk air mixture screw setengah putaran. Ulangi terus proses hingga mendapatkan respon gas yang baik dan terbebas dari nyangkut ketika gas dilepas. Tentunya dengan memperhatikan stasioner atau idle dengan menyetel idle screw; diputar berlawanan jarum jam untuk mengecilkan stasioner dan searah jarum jam untuk membesarkan stasioner. 
 
Setelah itu tidak lupa untuk dilakukan test ride dengan tidak mengabaikan faktor keselamatan dan keamanan berkendara. Ketika melakukan test ride juga kita cermati apakah gejala brebet saat berakselarasi ataupun nyangkut ketika deselarasi masih terasa? Jika ya kita menepi dulu lalu putar masuk air mixture screw per setengah putaran lalu bleyer di tempat seperti pada paragraf di atas. Jika saat test ride kita telah mendapat respon bukaan gas yang baik, bebas brebet di semua putaran, tidak ada gas nyangkut ketika deselarasi dan stasioner sudah baik maka proses sudah selesai. 
 
Saya sendiri saat memakai motor dengan kondisi ini tentu mengalami sedikit penurunan performa, terutama di top speed, nafas mesin menjadi lebih pendek walau akselarasi tidak jauh berbeda ketika menggunakan knalpot racing karena kondisi mesin sudah bore up. Ya semoga saja ada perubahan kebijakan ditempat bekerja saya yang baru karena pasti mendukung hobi saya dan mungkin beberapa rekan kerja yang mempunyai passion di tuning perfoma mesin. Btw thanks udah mampir guys, keep stay tune untuk update tuning saya selanjutnya. 
 

Regards,

 

Gigih

No comments:

Post a Comment