Akhirnya kita kembali dengan project Yamaha
Jupiter-Z guys!
Ah,
in case saya belum pernah cerita, jadi sebenarnya ada sedikit insiden yang
terjadi pada motor saya ini di tahun 2023, akhirnya setelah 5 tahun menggunakan
setting-an bore up 130cc, mesin ngebul juga! Lalu saat saya kembalikan
ke spec standard dengan menggunakan spare part standard pabrikan ke 110cc.
setelah kira-kira setahun “berpetualang” dengan kubikasi standar, yang paling
terasa adalah tarikan bawah brebet
karena penggunaan karburator yang besar (PE 24) dan pilot jet ukuran 32 yang
selisih 15 step dari standard
Jupiter-Z yang hanya 17. Maka dari itu sepertinya saya perlu melakukan upgrade
besar api pengapian yang memang dari awal melakukan tuning pun belum pernah saya sentuh-sentuh.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb2ntmt79ek512TR4I4YyvBwzLc7b1QF5AOUaR0yCVo7weBHbGk7htwBBxK4pa-t-LQS4cH7oyu0io03O-aF65HfgcFj3dJF98to-v96lh8-7i-xu0WGoHOKS5gTePDfkuvI2dlGHBP5W2eRI4HDqCVtUNWKKvBIZaK0kTVCiFWXgvZhdzkj9_ZnqvkyU/w400-h268/1.jpg)
Tapi
sebelumnya kita ganti steering damper
dulu yah guys, karena seperti yang teman-teman ketahui, motor ini merupakan
motor tua setangnya sudah goyang-goyang karena karet steering damper-nya sudah getas. Pertama-tama kita buka dulu “batok
setang”-nya, caranya dapat dilihat di artikel Project Bike; Yamaha Jupiter-Z
2004 Upgrade Master dan Selang Rem Depan (Part-1) (link: https://9-engineering.blogspot.com/2022/11/project-bike-yamaha-jupiter-z-2004.html)
Steering damper untuk motor ini nomor part-nya adalah
3AY-F6113-00, membutuhkan 6pcs karena terdapat 3 titik damper, setiap titiknya membutuhkan 2pcs; 1pc di atas dan 1pc di
bawah.
Setelah
itu kita lepas baut pengikat yang ditunjukkan pada no. 1 ~ 3 pada gambar di
atas. Lalu kita angkat setang-nya ke atas untuk mengakses karet damper-nya.
Gambar
di atas adalah kondisi karet damper
lama dan baru. Pada karet yang sudah lama akan terlihat permukaan karet seperti
tergerus, ini dikarenakan adanya tekanan dan gesekan pada setang motor ketika
dipakai jalan. Lalu pada karet yang baru tentu saja permukaanya tidak ada bekas
gesekan atau tekanan dan bila karet ini ditekan juga masih terasa keras,
kondisi dibutuhkan untuk membantu agar setang tidak goyang.
Sebelum
memasang kembali body motor pada
bagian setang dan headlamp cek
kembali semua baut sudah terpasang dengan kencang dan tidak ada komponen lain
yang rusak.
Nah,
saatnya kta lanjut ke upgrade koil. Untuk komponen ini saya percayakan ke koil
GC dari BRT untuk tipe motor non injeksi tipe universal. Di media social BRT
menjelaskan bahwa ini bukanlah koil racing tapi merupakan upgrade dari standar
atau bawaan pabrik yang memiliki tegangan lebih besar dan stabil sehingga
percikan api nya dapat lebih besar dan menyebabkan pembakaran menjadi lebih
baik. Koil yang saya beli langsung dari BRT ini memiliki bonus busi dual iridium BRT yang mendukung percikan
api dari koil ini. Komponen-komponen ini juga aman untuk CDI dan sangat cocok
dipadukan dengan CDI BRT bila konsumen sudah memiliki atau menggantinya
terlebih dahulu. So guys, yuk gass
langsung!
Untuk
mengakses area mesin, kita bongkar dulu body
motor yang bisa dilihat di artikel; Project Bike; Jupiter-Z 2004; Sebelum
Pasang I-Max Kita Bongkar Dulu dan Ganti Lampu Belakang, link; https://9-engineering.blogspot.com/2021/01/project-bike-jupiter-z-2004-part-2.html, setelah terbuka kita menuju ke sisi kanan dan
terlihat seperti pada gambar di atas koil dan area busi sudah terekspos.
Setelah kop busi dan busi dilepas kita bisa melepas koil-nya dengan cara
melepas baut yang ditunjukkan pada no. 4 dan 5 pada gambar di atas serta
melepas satu terminal input dari CDI.
Ketika
kita membeli koil GC BRT kita hanya mendapat koil unit dan kabel busi atau high tension cord yang sudah terakit
pada koilnya sedangkan kop businya tidak, ini agar dapat dipasangkan dengan kop
busi apapun sesuai kebutuhan dan kabel busi-nya pun lebih panjang untuk
menyesuaikan layouting atau letak
dari koil ke busi yang berbeda satu motor dengan yang lainya, mengingat ini
adalah tipe koil universal untuk motor karburator dengan pengapian tipe CDI,
nanti bila untuk injeksi atau motor karburator dengan pengapian TCI berbeda
tipe ya guys tinggal kita bekonsultasi dengan BRT langsung atau re-seller terkait sebelum membeli produk
ini. Untuk saya kop busi saya ambil dari standar saja karena toh masih untuk
harian yang mengutamakan durabilitas serta telah teruji kop busi bawaan pabrik
awet dan rapat dari air hehe.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioShw3Ze1q7r_QsGZZGY24Vr9210QJdcD_5Ut6bJ1dCcVWMm0PEeD9nV_7XQM2aIar2vHmLTsa7xQyHH81noDanhZe9-Wu9QAAHeShWFBacAAei1fuaSr3cqxW6CEOo7qCWEDV1GLan9QexYaafY-jMNi3oknKOwg4PtdK0b9ibWgZFqzPgZKROXy8NFk/w400-h291/8.jpg)
Untuk
busi sendiri ini merupakan program promo dari BRT yaitu setiap pembelian koil
GC BRT bonus mendapatkan busi Super Iridium BRT guna menunjang peningkatan
performa pengapian. Di gambar di atas bisa kita lihat perbedaanya; pada busi
yang baru kepala businya tentu saja masih bersih tanpa kerak pembakaran,
elektroda Iridium mengkilap dan lebih runcing memungkinkan api lebih besar
karena lebih terpusat hal inilah yang menjadikan pembakaran lebih baik.
Elektroda dengan ujung runcing cocok berbahan iridium yang lebih tahan panas
dan aus, sebaliknya di busi yang lama (standar spesifikasi pabrikan) terlihat
sudah kotor dengan kerak hitam hasil pembakaran, ini menjadi identifikasi bahwa
ruang bakar memiliki kondisi sedikit basah atau banyak kandungan bahan bakar,
ujung dari elektroda busi lama berbentuk tabung biasa tanpa ada konstruksi
meruncing di ujung, berbahan Tungsten yang biasa dipakai pada elektroda las,
bahan tungsten lebih murah namun memiliki sifat ketahanan panas yang lebih
rendah daripada bahan Iridium sehingga bahan Tungsten lebih cocok untuk
digunakan pada motor harian standar yang memiliki api pengapian yang tidak
besar.
Sebenarnya,
memasang koil GC dapat dipadukan juga dengan busi lain ataupun standar, namun
saya tetap menggunakan busi Super Iridium BRT untuk menunjang peningkatan
performa pada sektor pengapian karena saya juga sudah menggunakan CDI BRT I-Max
dan kebutuhan mesin untuk membakar bahan bakar lebih baik dikarenakan pembacaan
busi lama yang mengidikasi ruang bakar settingan basah, juga ke depan saya akan
melakukan bore up pada mesin, nanti
kita bahas juga ya guys.
Inilah
hasil dari pemasangan koil dan busi baru, untuk busi tentu sama sekali tidak
ada catatan atau concern khusus,
namun untuk koil sendiri dikarenakan koil GC BRT memiliki kabel busi yang
panjang karena koil ini bersifat universal untuk motor karburator (dengan
pengapian CDI), untuk saya, saya tidak melakukan pemotongan kabel hanya
melakukan layouting kabel busi
seperti pada gambar di atas agar tidak bersentuhan langsung dengan mesin dan
mengakibatkan terbakarnya kabel. Untuk teman-teman semuanya juga bisa
disesuaikan dengan selera dan kebutuhan posisi di motor masing-masing dengan
tetap memperhatikan segi keselamatan agar kabel busi tidak bersentuhan dengan
bagian mesin yang panas.
Oke,
setelah koil dan busi terpasang, lakukan test run mesin dalam kondisi diam (kondisi stasioner dan digas sedikit
di putaran rendan). Bila sudah aman dan tidak ada bunyi-bunyi aneh ataupun
kabel terbakar, matikan mesin dan rakit kembali bodi motor berkebalikan dari
cara melepasnya tadi dam lakukan pengetesan jalan. Saya puas dengan performa
baru motor saya dengan koil GC dan Busi Super Iridium BRT dengan spesifikasi
mesin standar, noken as Kawahaa K1 dan Karburator PE 24, tarikan di putaran
tengah menjadi terkoreksi, yang semula sedikir brebet karena mungkin ruang bakar terlalu banyak bahan bakar yang
masuk sehingga busi tidak mampu membakar sempurna sekarang menjadi hilang dan
di-tarik mendadak pun motor menjadi lebih responsive.
Akhir
kata, sekian dulu pembahasan kali ini guys, semoga artikel ini bisa bermanfaat
untuk teman-teman semuanya dan terima kasih banyak yang sudah mampir. See You next time, ciao!
No comments:
Post a Comment