Selamat
Tahun Baru 2025 Guys! Semoga di tahun ini kalian semuanya selalu dilimpahkan
berkah dan rejeki. Beberapa waktu lalu saya sempat posting rubric baru yaitu “Bike
Catalogue” di Instagram yang mana saya akan mengulas motor-motor yang ada
di sekitar terlepas dari tahun pembuatanya, sedikit berbeda dengan rubric review atau first impression motor model baru yang mana laporan atau artikelnya
akan saya buat secepat mungkin setelah melakukan review. Rubrik ini akan berjalan lebih santai namun tetap akan
mendalam semaksimal mungkin yang juga bertujuan seperti mesin waktu sebagai
pengetahuan tentang motor dan barangkali dapat meng-call out beberapa kenangan dari teman-teman sekalian. Without a further a do, let’s check it out!
Pertama
kita mulai dari yang ringan-ringan dulu, salah satu motor idola untuk berbagai
kebutuhan; daily commuting, mungkin
antar jemput, bahkan sampai touring
dan motor nongkrong.

Honda
Scoopy 2020, merupakan generasi ke-empat yang diproduksi oleh AHM di tahun 2017
~ 2020, motor ini juga punya julukan generasi terakhir dari Honda Scoopy yang “bener” ya…. Seperti yang kita tahu, di
generasi setelahnya yang sudah memakai rangka “eSAF” ada beberapa kontroversi
yang terjadi seperti rangka karatan atau keropos dan yang paling baru adalah
area tutup tangki yang berkarat padahal pemakaianya baru 3 bulan. Di Indonesia,
motor ini berhadapan langsung dengan Yamaha Fino dengan desain yang sama-sama
menggunakan tema klasik. Walaupun desainya sedikit special tidak sedikit pula
yang menggunakan motor ini tidak hanya untuk nongkrong tapi juga sebagai kendaraan harian yang multifungsi.

Dimulai
dari tampak muka depan; sudah kentara nuansa klasik dengan tarikan garis yang
serba membulat mulai dari spakbor
depan yang terlihat gendut lalu body
cover serta speedometer yang juga
memiliki bahasa desain yang sama. Turn
lamp atau sein masih bohlam,
namum untuk generasi ini headlamp-nya
sudah full LED mulai dari DRL atau Daytime Running Light, low beam proyektor dan high beam-nya masih menggunakan
reflector yang dipantulkan dari LED. Lampu depan juga di-desain membulat senada
dengan tema klasik yang diusung oleh motor ini. Cahaya lampu-nya terbilang
cukup, walau daya tembus ketika hujan lebat sedikit lebih rendah dari lampu
dengan bohlam yang biasanya memancarkan cahaya kekuningan.

Di
sektor kaki-kaki depan, kita bisa melihat suspensi teleskopik pada segitiga bawah sebagaimana motor-motor bebek dan matic pada umumnya, lalu roda depan yang
terlihat men-donat dan gambot, Scoopy generasi ini menggunakan velg ring 12 inchi berbeda dengan
generasi sebelumnya yang masih menggunakan ring 14 inchi. Ban depan berukuran
100/90-12 menjadi terlihat gambot, kombinasi suspensi dan roda ini menghasilkan
redaman yang lebih empuk daripada generasi sebelumnya dan handling yang lebih baik karena memiliki tapak yang lebih lebar.
Sektor pengereman depan sama digunakan pada Honda Beat, cakram dengan master
rem satu silinder. Untuk harian performa pengerman depan bisa terbilang
mumpuni, bahkan untuk digunakan pada turunan di gunung, asal sistem prima,
cakram dan kampas rem yang masih tebal maka kejadian rem blong dapat diminimalisir, juga ditambahkan dengan cara menjaga
kecepatan saat menurun (kira-kira max 45km/h) dan tidak menekan rem secara
terus menerus untuk meminimalisir panas pada sistem pengereman dan keausan
berlebih saat digunakan pada turunan, sepengalaman saya selain menjaga
kecepatan “formasi 3-2” bisa diterapkan, apakah itu? Dengan menekan rem 3 detik
dan 2 detik melepas untuk memberikan rem pendinginan, ada yang bilang
ganti-gantian rem depan dan belakang juga bisa dilakukan secara dinamis, saya
menggunakan hal ini pun ketika berboncengan dengan istri dan alhasil tetap aman
sampai di tujuan atau jalan yang lebih datar. Oh iya, pada Honda Scoopy ini combi brake system masih disematkan, sehingga ketika kita menekan tuas rem
belakang maka rem depan ikut mengerem, sistem ini bertujuan untuk memperkecil
jarak pengereman dan menjaga stabilitas motor agar tidak mudah “ngesot” ban
belakangnya saja.

Bergeser
sedikit ke area dek, di sebelah kiri ada “kantong” kecil yang muat untuk
menyimpan sarung tangan da nada power
outlet 12V-1A max 12W, namun power
outlet ini masih berupa lighter
socket atau soket untuk menyalakan rokok pada mobil, sehingga kita masih
membutuhkan adaptor untuk melakukan charging
ke HP. Cover yang ada pada sebelah kiri ini sangat berguna untuk menyimpan HP
yang sedang di-charge tanpa khawatir
untuk terkena panas dan hujan, tapi covernya tanpa kunci ya guys, sehingga kita
harus tetap berhati-hati bila meninggalkan barang di dalamnya.
Di
dek sebelah kanan ada tempat kunci kontak, oh iya guys, motor ini belum
menggunakan sistem keyless ya alias
masih menggunakan anak kunci untuk menghidupkan dan mematikan motor, walau
begitu motor ini sudah dilengkapi dengan immobilizer
dan answer back system yang terdapat pada gantungan kunci terpisah. Motor ini masih
menggunakan shutter key sebagai
pengaman tambahan lubang kunci agar tidak mudah dibobol. Untuk membuka jok juga
dapat dilakukan dari depan dengan cara menekan tombol “SEAT” di samping lubang
kunci kontak. Di bawah lubang kunci kontak terdapat “kantong” yang berukuran
lebih kecil daripada yang sebelah kiri, namun begitu kantong ini masih muat
untuk menyimpan HP sekalipun. Berbeda dengan yang di sebelah kiri, kantong
sebelah kanan tidak dilengkapi dengan cover sehingga barang yang disimpan akan
langsung ter-ekspose dengan panas dan hujan.
Naik
ke area setang, seperti pada umumnya motor matic
Honda, di sebelah kiri ada saklar lampu dekat dan jauh, tombol klakson dan
sein, sedangkan di sebelah kanan hanya ada tombol aktivasi fitur idling start-stop system dan tombol
starter, di motor ini menganun sistem Daytime
Running Light sehingga lampu depan akan menyala dengan sendirinya ketika
mesin sudah menyala. Sistem starter yang digunakan tidak menggunakan motor
starter khusus seperti pada umumnya kendaraan, namum starting kruk as dilakukan dengan membalikkan
arus ke magnet dan rotor sehingga kruk as
berputar, untuk motor ini tentunya starter akan aktif bila salah satu rem
ditekan dan standar samping sudah dinaikkan.

Di
area speedometer desain yang
bernuansa klasik juga kentara dengan
aksen membulat dan tampilan yang cukup sederhana, mulai dari penunjuk kecepatan
(a la) analog walaupun pengukuran
kecepatan dilakukan secara digital
pada sensor roda belakang, angka yang ditampilkan cukup jelas sehingga
memudahkan pengendara untuk me-monitor kecepatan pada saat siang dan malam. Di
dekat penunjuk kecepatan ada indicator eco
yang akan menyala ketika perhitungan ECU
motor kita berkendara secara ekonomis, fitur ini juga ada di motor-motor matic Honda yang lain. Di bawahnya ada
indicator lampu jauh, sein, engine check,
LED immobilizer berwarna merah yang
akan berkedip ketika immobilizer diaktifkan
dan indicator idling start-stop system,
lampu ini akan menyala ketika kita memindahkan saklar ke “idling stop” lalu
akan berkedip ketika mesin sedang mati otomatis ketika tidak digas dan akan
kembali mati ketika dihidupkan kembali saat digas ataupun di-non aktif-kan
dengan mengarahkan saklar ISS ke “idling”. Sistem ini akan aktif ketika mesin
dalam kondisi normal (tidak ada engine
check yang menyala), sudah “panas” dan aki dalam kondisi prima, bila saklar
ISS sudah diaktifkan dan sistem belum bekerja bisa jadi salah satu dari syarat
tersebut belum terpenuhi ketika motor bekerja. Terakhir yang ditunjukkan secara
full digital oleh speedometer adalah odometer dan penunjuk volume tangki yang ditujukkan dengan
indicator bar.

Bergeser
ke area belakang, masih senada bahasa desain klasik yang serba membulat a la
Vespa. Behel belakang yang terbuat
dari alumunium berguna sebagai pegangan penumpang belakang dan juga pengikat
barang bila diiperlukan.
Menambah
kesan klasik, jok dibuat dengan warna kulit atau coklat tua, jok nya lebar dan
tebal sehingga terasa nyaman diduduki walau dalam perjalanan jauh sekalipun. Bagasinya
cukup luas, kira-kira muat satu helm half
face, dengan kapasitas ini kalau hanya untuk mengangkut jas hujan untuk
pengendara dan pembonceng masih sisa ya guys hehe. Kapasitas tangki total
adalah 4 liter, namun saya biasa saat bar
indicator bensin sudah 2 strip saya langsung mengisi kembali dengan volume 1,5
~ 2 liter, saat bar bensin berkedip,
masih ada sekitar 1 liter sampai benar-benar habis.

Untuk
penerangan bagian belakang masih sepenuhnya menggunakan bohlam, baik itu stop lamp, turn lamp atau yang biasa
kita sebut dengan “sein”, namun begitu
masih dibalut dengan bahasa desain klasik yang cenderung curvy.
Di
sektor kaki-kaki belakang velg ring
12 inchi dibalut dengan ban berukuran 110/90-12 terlihat men-donat, kombinasi
roda depan dan belakang dengan karakter yang sama membuat handling menjadi lebih baik dengan tapak ban yang lebih lebar
daripada saudaranya yaitu Honda Beat Fi, pun juga kenyamanan karena ban-nya pun
lebih tebal. Pengereman belakang masih menggunakan rem teromol yang sebenarnya masih cukup mumpuni untuk diajak touring sekalipun.
Suspensi juga mirip-mirip dengan konstruksi motor di kelasnya; yaitu dengan
menggunakan sistem suspensi tunggal atau monoshock
yang terpasang di samping, redaman suspensinya dirasa cukup; tidak terlalu
mengayun dan tidak terlalu empuk, saat digunakan berboncenganpun karakternya
tidak berubah namun juga tidak bisa dibilang sangat nyaman hahaha, jadi bila
ingin memiliki sistem kaki-kaki yang nyaman sektor roda dan suspensi masih
dapat dilakukan peningkatan dengan ketersediaan part aftermarket yang cukup melimpah untuk setting-an personal kita.
Di
sektor mesin, menggendong mesin yang sama seperti yang dipakai pada Honda Beat
Fi ESP, berkubikasi 115cc dengan panjang langkah x diameter 50x55,1mm, kompresi
9,5:1 sehingga masih aman untuk meminum bensin dengan RON 90 atau setara dengan
Pertalite. Mesin yang dikombinasikan dengan transmisi berjenis CVT ini memiliki
konsumsi bensin rata-rata pemakaian harian 50km/liter, tergolong irit terbantu
oleh sistem PGM-Fi dari Honda dan indicator ECO yang membantu kita untuk
menemukan area berkendara yang efisien. Walaupun irit mesin ini tidak bisa
dibilang lemot, karakter putaran bawah dan tengah cukup mengisi, terbuki saat
saya bawa untuk touring ke dataran
tinggi di Gunung Lawu, motor ini tidak menemukan kendala seperti hilang tenaga
saat ditanjakan walau dipakai berboncengan, mungkin ini karena mesinya
mengusung konstruksi overstroke alias
lebih panjang langkah piston daripada diameternya yang mana unggul di putaran
bawah. Oh iya, sama seperti generasi Honda Beat ESP, roda depan sudah tidak
dilengkapi dengan kabel speedometer,
petunjuk kecepatan diambil dari speed
sensor yang berada di dekat dudukan suspensi belakang bagian bawah, speed sensor masih dilindungi oleh
plastic cover, maka hati-hati ya guys jangan sampai dilepas ataupun bagian ini
terbentur benda keras.
Secara
kesimpulan motor ini merupakan motor harian yang stylish yang tidak hanya “cosplay
Vespa” di bentuk atau desainya, tapi juga Honda menawarkan kualitas dan
karakter tepat guna dengan harga yang cukup terjangkau. Banyaknya spare part dan part aftermarket
memudahkan penggunanya untuk melakukan perawatan ataupun upgrade pada motor ini, menjadikan poin tambah motor ini untuk
dilirik oleh masyarakat.
Oke
mungkin sekian dulu ya guys artikel kali ini, semoga dapat memberikan tambahan
manfaat dan pengetahuan untuk kita semua. Nanti bila ada koreksi ataupun
masukan dari teman-teman semua dapat ditambahkan di kolom komentar ya. Thank
You banget yang sudah mampir, see You next time!
No comments:
Post a Comment